Budaya dan Doktrin Organisasi - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

10 May 2020

Budaya dan Doktrin Organisasi

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai pokok, asumsi, pemahaman, dan pemikiran bersama oleh anggota organisasi dan diajarkan kepada anggota baru. Etika didefinisikan konsep tatanilai, dan pengukuran terhadap sikap, prilaku, atau ucapan yang dianggap lazim dan patut untuk dilakukan.

Konflik atau pertentangan dalam suatu organisasi, bermula saat salah satu pihak merasakan adanya pihak lain, yang akan mengakibatkan dampak negatif terhadap suatu hal yang menjadi kepeduliannya.

Menempatkan konflik sebagai sesuatu hal yang tidak baik, dianggap sebagai dysfunctional outcome, berasal dari komunikasi yang buruk , kurangnya keterbukaan antar anggota dan kegagalan suatu pemimpin dalam bersikap responsif terhadap kebutuhan yang ada, serta tak mampu menyerap segala bentuk aspirasi anggota dalam suatu organisasi. 

Hal inilah yang kemudian menjadi dasar terselenggaranya Diskotik Berorgansasi, atau (Diskusi Online Etika berorganisasi) yang di selenggarakan oleh Pengurus Rayon Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, pada Tanggal 10-Mei-2020 Pukul 20.00 s.d 22.00 WIB secara daring, via WhatsApp bersama Sahabat Wahidin Tohir, Salah seorang Ketua Komisariat Stit Al-Mubarok, Lampung-Tengah.

Menurutnya, beberapa norma etika yang patut kita jalani dalam berkehidupan sehari-hari adalah, dapat bersikap jujur, adil, tepat janji, taat aturan, bertanggung jawab, responsif, berhati-hati, dan selalu mengedepankan kesopanan.

"Etika dalam komunikasi dengan sesama anggota, seperti tidak menggunakan perkataan yang menyerang kepribadian atau individu, mengunakan bahasa yang lazim, singkat jelas dan mudah dipahami, terutama apabila dalam keadaan mendesak, dan jangan menyudutkan pemimpin atau anggota lain, apalagi menyebarkan informasi yang tidak benar mengenai pemimpin, dan anggota organisasi yang lain.” Ujarnya.

Sapriansah, Rayon Dakwah Komisariat Raden Intan Lampung mengatakan bahwa; "Bekaitan dengan realitas hari ini, budaya organisasi seperti hanya menjadi selogan belaka, sebenarnya yang terjadi hari ini ini, bukanlah budaya organisasi, namun lebih kepada doktrin organisasi. Dimana ditujukan untuk menciptakan pola fikir, cara pandang yang digunakan untuk pencapaian tertentu." Ucapnya.

Menanggapi tersebut, memang tidak dapat dipungiri bahwa beberapa organisasi juga melakukan hal yang sama. Namun, hal tersebut tidak dapat dipukul rata, masih banyak pula kader-kader yang memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Sikap kita selaku kader pergerakan, menanggapi realita tersebut haruslah dengan berpegang teguh terhadap apa yang terlah menjadi aturan, dalam hal ini AD/ART, PO maupun produk hukum PMII lainnya. Karena pada dasarnya, pada wilayah etika kita memiliki prinsip persamaan, dan kebebasan untuk memilih bagaimana cara bersikap dalam oranisasi.

Yang menjadi pertanyaan salah satu kader PMII, Ofriani Fatrika, Ryon MIPA Komisariat UNILA, adalah; “ Bagaimana menyikapi anggota dalam suatu organisasi, yang dengan sengaja menyudutkan atau menyerang secara pribadi, baik saat berdiskusi, maupun dalam keadaan tertentu?” Tanyanya.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Evi Ardila, Rayon FKIP Komisariat UNILA juga ikut ambil suara. Ia mengatakan bahwa; “Yang perlu dilakukan pertama, yaitu adalah dengan menunnjukan prestasi, dan jangan jangan menyerang kembali. Kedua, tetap konsisten dan istiqomal dalam menjalankan roda organisasi dengan baik, dan tetap berdoa, semoga apa yang kita terima menjadi pembelajaran dan motivasi untuk dapat lebih baik.” Ungkapnya.



Penulis:
Sahabati Oktina Latifah Hanim
Wakil Ketua. 1 Kaderisasi
PR. PMII MIPA 

Di Kelola Oleh:
(Biro III Eksternal / Media)
PK PMII Universitas Lampung XXXVIII

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda