Meraih Pribadi Qur'ani yang Berkualitas - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

4 Jul 2015

Meraih Pribadi Qur'ani yang Berkualitas

Al-Qur’an merupakan kitab suci tiada bandingnya, gubahan firman Allah yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata itu menunjukkan bagaimana kualitas Al-Qur’an sangat tinggi dan bersahaja. Tak pelak umat muslim yang mendapatkan hidayah selalu berharap untuk mengkaji, menghafal semua isi kandungan Al Qur’an, itu menandakan bagaimana kualitas Al Qur’an sudah tidak diragukan lagi.

Namun itu semua menjadi sia-sia jika kita hanya duduk manis terpaku dan hanya diam stagnan tanpa gerak dinamis hanya mencakup pada pelafalan saja, hanya membaca, menghafal, mengkaji tanpa ada aplikasi dari isi kandungannya. Itulah yang sangat penting untuk membentuk pribadi Qur’an yang selalu terlindungi.

Kalau ditanya soal keinginan, tentunya kita semua ingin sekali menjadi pribadi Qurani, seperti yang dicontohkan Rasulullah. Betapa beliau setiap ucapannya, akhlak dan perilakunya, bersumber dari Al Quran. Tak heran bila Aisyah kemudian menyebut beliau sebagai Al Quran yang berjalan. Namun, banyak dari kita yang merasa tidak cukup pede untuk meniti jalan menuju pribadi Qurani itu. Apalagi yang kemudian mau bersusah payah menempuh jalan panjang dan berat sebagaimana jejak hidup Rasulullah.

Satu hambatan besar, menjadi pribadi Qurani seringkali diartikan sebagai pribadi yang bacaan Qurannya indah -sesuai tartil-dan hafalannya banyak. Sehingga bagi yang masih terbata membaca Quran atau hafalannya sebagian besar diluar kepala (alias tak ada yang dihafal sebagaimana para hufazh yang hafalannya tersimpan di dalam kepala semua) cita-cita menjadi pribadi Qurani yang mencinta dan dicinta Allah lebih sering terhenti hingga batas angan dan teori.

Ustadzah Maemunah Al Hafidzah menyebutkan ciri pribadi Qurani di antaranya adalah Pertama, senantiasa berinteraksi dengan Al-Quran dan tidak hanya sebatas membaca. Dalam tafsir Fii Dzilalil Quran, Sayyid Qutb menyebutkan, makna interaksi dengan Al-Quran itu selain membaca nash-nya dan kalimat- kalimat bahasa Arabnya, juga adalah mengupayakan untuk memahami dan mentadaburi nilai-nilai Quran itu sendiri.

Kedua, sosok pribadi Qurani ini umumnya berinteraksl dengan Quran dengan senang hati karena dia nilai- nilai Quran ini dileburkan sebagai bagian dari kegiatan keseharian bukan sebagai sebuah beban yang terjadwal dan senantiasa mengaplikasikan apa yang mereka baca.

Rasulullah Saw meletakkan rambu-rambu yang dapat menjadi dasar dalam menilai seseorang memiliki asy syu’ur al qurani (perasaan yang qurani), diantaranya: Meyakini Al Qur’an sebagai bagian dari kenikmatan sehingga menjadi dambaan ketika muslim yang lain memiliki hubungan yang baik terhadap Al Qur’an, Sangat berharap untuk bertemu Al Qur’an setiap hari sehingga selalu merindukan kegiatan tilawah dan dalam bacaan sholatnya, Takut akan hari akhirat sehingga banyak membaca Al Qur’an agar dapat menjadi syafaat baginya, Bekerja keras agar tertanam kebajikan di hati putra putrinya sehingga hal itu menjadi kehormatan baginya di akhirat.

Aplikasi inilah yang paling penting guna memantapkan hati kita untuk selalu berinteraksi dengan Al Qur’an dan selalu mempunyai keinginan kuat untuk mempercantik diri kita dalam mendidik pribadi Qur’ani

Ketika perasaan-perasaan seperti itu hidup di dalam diri kita, niscaya kita akan berusaha sekuat tenaga untuk hidup dalam naungan Al Qur’an karena hidup bersama Al Qur’an memerlukan energi yang selalu baru. Semoga kita termasuk hamba pribadi Qur’ani yang selalu dalam lindungannya dan selalu bernafaskan Al Qur’an. Amin.


* Alumni Asrama Huffadz Wil. Zaid Bin Tsabit, PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo & Pengurus UKM-Pengembangan Tahfidzul Qur’an IAIN Sunan Ampel Surabaya)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda