Rongrongan Meruntuhkan NKRI - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

7 May 2015

Rongrongan Meruntuhkan NKRI

Sarjana Belanda GJ Bleeker mengatakan Nusantara ini merupakan pusat pertemuan agama-agama besar dunia, Hindu, Budha, Konfusianisme, Zoroaster, Islam, Kristen, dan agama serta kepercayaan lain yang berasal dari berbagai belahan dunia. Selain agama, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman seperti suku, budaya, bahasa, serta memiliki pulau dengan karakteristik yang tentu berbeda pada setiap pulaunya.

Dengan keanekaragaman ini tentunya banyak efek yang ditimbulkannya. Positif negatif efeknya tergantung dari bagaimana kaum elit negarawan mengolahnya. Kemampuan para nakhoda negara benar-benar diuji dalam menjalankan serta mengolah keanekaragaman ini.

Secara politis, wilayah yang disebut oleh ahli geopolitik Australia sebagai der Totenkreuz (Persilangan maut) akan selalu menjadi rebutan bagi para konspirator yang ingin menguasai dunia. Neo-kolonialisme dan neo-imperialisme akan menjadi target terselubung dari para konspirator dunia. Interesting cover akan menjadi sarana dan media dalam menggapai cita-cita tersebut.

Kebebasan berfikir yang berlandaskan Demokrasi Pancasila dijadikan sebuah alat untuk menyebarkan pengaruh-pengaruh ideologis. Seolah-olah salah, Demokrasi Pancasila dijadikan kambing hitam atas segala permasalahan yang terjadi. Dengan alibi sistem tidak bisa menuntaskan berbagai permasalahan yang ada di negara ini, maka segelintir kelompok menawarkan sebuah solusi dengan mengganti sistem yang ada dengan sistem yang baru.

Demokrasi Pancasila tidak salah, sistem ini tidak salah. Hanya oknum–oknum tertentulah yang membuatnya seolah-olah salah. Berdasar hal tersebut, para konspirator dunia mengolahnya menjadi sebuah isu yang mengatakan bahwa sistem harus diganti dengan sistem yang baru.

Sistem yang dipakai oleh Indonesia sejatinya merupakan sistem yang hebat. Demokrasi Pancasila merupakan gabungan dari berbagai ideologi dunia yang dipadukan dan diterapkan sesuai dengan keadaan sosial budaya negara ini, dengan berbagai keanekaragamannya. Para pendiri bangsa sudah tepat dalam menentukan sebuah sistem untuk negara yang disebut Plato sebagai Atlantis yang hilang.

Namun, ketika melihat kondisi empiris yang terjadi, fakta yang ada adalah merongrongnya pemahaman-pemahaman baru yang secara terang-terangan maupun terselubung ingin mengganti sistem demokrasi dengan sebuah sistem yang mengatasnamakan agama.
Khilafah merupakan sebuah solusi sistem yang dapat memperbaiki berbagai permasalahan yang ada, katanya. Khilafah memang sebuah sistem dipakai oleh berbagai negara Islam di Timur Tengah. Indonesia bukan negara Islam, hanya memiliki penduduk yang mayoritas Islam. Hal ini tidak dapat disamakan, lantaran Indonesia merupakan negara yang heterogen, juga tidak sesuai dengan kultur yang ada di tanah air tercinta ini.

Munculnya gerakan Islam trans-nasional baru-baru ini harus diwaspadai. Pasalnya gerakan ini sangat rapih dalam menyukseskan misinya. Pasca perang dingin selesai, narasi baru pun dimulai. Masa depan dunia akan ditentukan oleh peradaban-peradaban yang saling berbenturan atau justru sengaja dibenturkan. Islamlah salah satu dari sekian banyak peradaban yang dibenturkan. Jika diamati, gerakan Islam trans-nasional muncul pada negara yang sedang berkembang dan memiliki sumber daya yang melimpah, seperti Indonesia. Tentu hal ini tidak lepas dari neo-kolonialisme dan neo-imperialisme. Sengaja negara-negara seperti Indonesia dibuat kisruh dalam lingkup internal, sehingga dengan mudah para konspirator dunia dapat bermain di dalamnya.

Tentunya rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia harus ditingkatkan guna menangkal berbagai pengaruh yang notabene ingin Republik ini hancur. Kearifan lokal pun juga harus tetap dijaga. Menghargai keanekaragaman yang ada di Nusantara ini harus dilakukan dengan cara-cara yang bermartabat agar tidak ada kecemburuan sosial di antara elemen masyarakat.
NKRI harus tetap berdiri. Generasi penerus bangsa harus paham akan keadaan bangsa ini. Karena pada hakikatnya menjaga persatuan bangsa ini adalah tugas bersama, namun kita sebagai generasi penerus bangsa harus meneruskan perjuangan untuk menjaga NKRI agar tetap berdiri tegak.

Penulis Erzal Syahreza Aswir

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda