Membangun Kekuatan di Kampus Umum - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

5 Apr 2016

Membangun Kekuatan di Kampus Umum

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Universitas Lampung (Unila) merupakan romantika para tokoh-tokoh besar di provinsi Lampung yang perkembangannya mengikuti irama nafas kehidupan. Bagaimana tidak cerita dari para pendahulu dapat membangkitkan “bulu kudu” sampai merinding diseluruh tubuh sehingga jantung sipendengar (junior/kader) memiliki semangat untuk kembali kejaman kejayaan.

Saya sebagai pelaku sejarah seperti digugah kembali dengan kedatangan email dari sahabat Mustofa Abi Hamid untuk membantu menceritaka sejarah yang saya alami dikala sebagai kader PMII karena ingin mejadi bunga rangkai untuk PB PMII. Okay… mari kita mulai dengan memohon perlindungan kepada Allah Azza Wa Jalla semoga dalam menggoreskan tinta selalu diberi ridha dan petunjuk sehingga berhala-berhala (sombong, ingin dipuji, ingin menonjolkan diri) dapat hancur sebelum, selama, dan sesudah tulisan selesai.

Tahun 2004 saya masuk sebagai mahasiswa baru di Universitas Lampung di Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Sebagai mahasiswa baru tentu harus mengikuti aturan yang ada, baik dari fakultas maupun dari organisasi kemahasiswaan kampus. Orientasi mahasiswa baru ketika itu masih ketat, disiplin, dan keras sehingga mahasiswa baru sangat menghormati senior atau yang lebih tua. Perkuliahan berjalan dengan lancar dan ospekpun berjalan dengan lancar, sehingga saya panasaran dengan organisasi-organisasi eksternal kampus.

Maka pada suatu saat diajak oleh senior dari Kehutanan untuk mengikuti jalan-jalan kepantai, yang pada saat itu senior tersebut tanpa sepengetahuan senior kehutanan yang lain jika ada kegiatan diluar kampus yang melibatkan hingga satu angkatan. Sampai dipantai ternyata kegaitan berupa arahan dan ceramah dari beberapa senior dan Dekan, Dosen yang kebetulan kita tidak mengetahui jika itu kegiatan Maperca HMI.

Saya mengikuti kegiatan-kegiatan HMI seterusnya sehingga pada titik tertentu selama 2 semester saya seperti jenuh dan hampa dengan organisasi tersebut. Pada suatu saat saya bertanya dengan senior HMI tentang apakah PMII (yang pada waktu itu saya belum mengerti mengenai organisasi-organisasi eksternal) di Unila ada atau tidak. Dia menjawab dahulu ada namun sudah lama sekali vakum dan sekarang tidak ada lagi, yang eksis hanyalah HMI dikampus Unila ketika itu.

Ketika kejenuhan itu berjalan, saya yang dahulu adalah salah satu pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dengan ketua bernama sahabat Bustanul Arifin berkomunikasi dengan sahabati Ristri Fatimah yang juga pengurus IPPNU dan PMII Kota Metro, Lampung untuk mencari kader di Unila bernama Faridh untuk bisa bergabung dengan PMII karena ia memiliki sejarah dengan IPNU.

Persinggungan saya dengan PMII berawal dari datangnya Ristri kekosan saya di Jl. Kopi untuk bersilaturahmi, berdiskusi, mengenai IPNU, PMII dan lain-lain. Akhirnya saya menjajaki PMII dengan dikader langsung oleh PMII Cabang Bandar Lampung ketika itu ketua umumnya sahabat Robi Vitergo. Saya berkenalan langsung dengan para pengurus cabang sehingga saya mengenal dunia baru yang sepertinya sejalan dengan alam pikiran saya. Selain itu harapan saya bisa belajar ilmu agama dengan sahabat-sahabat dari IAIN. Akhirnya saya mengikuti MAPABA di kampus IAIN Lampung de. Selesai MAPABA saya banyak berdiskusi (non formal) mengenai sejarah gerakan, ideologi, jaringan, dan alumni-alumni PMII yang berasal dari kampus Unila.

Saya selalu dikawal dan dibina oleh sahabat Robi Vitergo kemanapun ada acara saya selalu diajak hingga persinggungan saya untuk diajak berkeliling kerumah-rumah para alumni, senior PMII Unila dimulai. Banyak apara alumni yang ternyata mengeluh dengan keadaan PMII di Unila yang krisis dengan kader bahkan tidak ada di fakultas-fakultas padahal alumni-alumni yang didatangi adalah alumni dari berbagai fakultas, mulai dari Fakultas Pertanian, FKIP, FE, FH, FISIP, F. Tehnik. Mereka sangat berharap agar PMII Unila dapat kembali hidup sehingga dapat mewarnai dinamika mahasiswa dikampus.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala dengan bersilaturahmi keyakinan saya untuk ber-PMII semakin kuat dan semangat untuk menghidupkan serta mengembangkan PMII Unila semakin besar. Akhirnya saya memulainya dengan membaca buku-buku PMII, buku-buku gerakan, dan lain-lain yang menunjang diri saya untuk dapat menguasi pengetahuan mengenai organisasi-oraganisasi eksternal beserta paham serta ideologinya. Setelah saya sedikit mengerti mengenai hal tersebut maka saya mulai dengan berdiskusi dengan teman-teman organisasi ekternal lainnya seperti HMI, GMNI, KAMMI, LMND mengenai permasalahan-permasalahan dikampus hingga nasional. Dengan berdiskusi seperti itu dapat menambah dan membuka cakrawala kita (sebagai kader PMII) mengenai pandangan dari berbagai kader dari lembaga yang berbeda sehingga tuntutan untuk mengerti semakin luas.
Saat-saat layar berkembang
PMII Unila berkerkat doa dan dukungan dari alumni dan pengurus cabang akhirnya pada tahun 2006 saya mulai merintis kembali untuk menghidupkan PMII Unila yang pada waktu itu masih dalam keadaan vakum. Saya masih bertemu dengan senior dari fakultas pertanian yang sudah akan lulus dan kebetulan dia sebagai ketua komisariatnya yaitu Sahabat Beni Firmansyah untuk meminta dukungan agar PMII Unila kembali saya hidupkan. Gerakan yang pertama kali dilakuka yaitu memperkenalkan PMII dengan selebaran-selebaran yang ditempel di papan pengumuman di kampus Unila.

Selebaran saya buat sendiri, saya perbanyak sendiri, dengan modal sendiri dan saya juga mengedarkannya/menempelkannya ketika malam hari dengan jalan kaki atau bersepeda keliling dari fakultas satu kefakultas lainnya. Dalam selebaran tersebut berisi bagaimana PMII memiliki historis dengan NU yang memiliki amaliyah dan ubudiyah yang banyak berakar di masyarakat umum sehingga PMII menjadi salah satu organisasi yang meneruskan perjuangan para Ulama di kampus umum.

Selain itu tantangan kedepan bahwa banyak golongan yang membid’ahkan, merusak amaliyah yang telah dibagnun para kiai, para ulama sehingga sebagai generasi muda harus mulai bertindak untuk menguatkan keyakinan dan dasar-dasar keislaman kita sehingga tidak mudah terserang oleh golongan/kelompok-kelompok tersebut.

Perlu diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa Unila berasal dari daerah-daerah atau desa, sehingga dalam hal amaliyah dan ubudiyah memiliki kecocokan dengan kultur yang ada di NU. Permasalahan yang ada dikampus umum yaitu ketika mereka memasuki kampus-kampus umum khususnya Unila kemudian pada semester pertama sampai semester kedua mereka menjadi berubah haluan ideology keislamannya.

Bagaimana mereka bias berubah, ternyata mereka berubah karena kegiatan keagamaan di Forum Studi Islam (Fosi) Fakultas Pertanian yang berafiliasi dengan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) ditingkat Universitas. Selain itu juga pada semester pertama terdapat mata kuliah pendidikan agama islam (3sks) yang praktikumnya disebut dengan Bimbingan Belajar Alquran (BBQ). Dalam kegiatan kuliah agama tidak menjadi masalah walaupun ada dosen pengampunya memiliki paham radikal (pertanyaan saya adalah, apakah kampus menempatkan guru agama dilihat dari jenggotnya atau fahamnya ya? Ternyata kampus tidak mengerti bagaimana kegelisahan yang dialami oleh para mahasiswa walaupun kuliah agama itu penting tetapi yang bermasalah yaitu pada dosennya yang cenderung wahabi). Kegiatan praktikum adalah wajib.

Maka praktikum yang bernama BBQ merupakan cara sistematis merubah pola pikir para mahasiswa yang dating dari daerah-daerah atau desa-desa yang dahulunya perpaham Ahlussunnah wal jama’ah menjadi paham radikal mulai dari tingkat radikal biasa, sedang, dan tinggi.

Sebagai contoh kegiatan BBQ mengajarkan belajar membaca Alqur’an, kemudian sang mentor mendengarkan kemudian membacakan artinya. Ketika setelah membaca arti sang mentor kemudian memaknai arti tersebut, disini terlihat ganjil ketika mentor memberikan makna terhadap arti dari ayat alqur’an apakah sudah bersertifikat untuk menafsirkan ayat-ayat tersebut atau belum bersertifikat. Sedangkan seorang ustad, kiai belum tentu berani menafsirkan jika tidak mengetahui ilmunya.

Kegiatan yang lainnya yaitu membuat muhasabah amaliyah kita dengan mengabsen mulai dari shalat wajib, shalat sunah, puasa sunah, dll yang tertulis dalam buku mahasabah kemudian ketika bimbingan selalu ditanyakan dan dievaluasi oleh mentor. Disini seperti halnya hablumminallah disetorkan kepada mentor untuk diberikan evaluai.

Kegaitan yang lainnya yaitu mengamalakan alma’surat karya hasan albana sebagai amaliyah diwaktu pagi dan sore hari. Disisi lain BBQ juga terkadang memberikan pengarahan untuk mengikuti salah satu organisasi eksternal kampus yaitu KAMMI yangkemudian terkadang ketika sudah matang di LDK maka akan mudah untuk masuk ke KAMMI dan bias jadi akan masuk kedalam partai yaitu PKS. Maka saya berkesimpulan bahwa pengkaderan terbesar untuk ber-KAMMI, ber-PKS adalah kampus, salah satunya yaitu Unila.

Tantangan terbesar ketika itu yaitu masih maraknya paham untuk mendirikan Khilafah Islamiyah dari hizbut tahrir yang berafiliasi dikampus dengan organisasi eksternal bernama Gema Pembebasan. Disisi lain PMII harus memberikan sesuatu yang berbeda kepada mahasiswa bukan karena paham agamanya melainkan mengenai kesenjangan diantara mahasiswa yang mulai apatis, hedonis, dan pragmatis sehingga perlu hadir organisasi PMII di Unila untuk menjawab tantangan tersebut.

Oleh karena itu PMII bangkit kembali dari tidurnya membawa angin segar untuk melakukan refleksi kembali kejalan yang benar mengenai paham keislaman dan keIndonesiaan. penerimaan mahasiswa baru dalam daftar ulang di Gedung Serba Guna (GSG) menjadi saksi bagaimana waktu itu saya malam-malam datang ke cabang untuk berdiskusi mengenai bagaimana efektifnya untuk memperkenalkan PMII dan kepada mahasiswa baru.

Akhirnya tidak mudah, saya kemudian diberi 1 bendel stiker dan selebaran PMII untuk diedarkan kepada mahasiswa baru berikut harus mengisi daftar bahwa telah menerima stiker dan selebaran. Keesokan harinya saya melakukannya dengan membagikannya kepada para mahasiswa baru. Tinggal nunggu waktu apakah mereka ingin mendaftar dengan menghubungi contact person yang tertera di selebaran.

Seiring berjalannya waktu, dimulai dari fakultas pertanian PMII Unila bangkit. Ketika itu Sahabat Nia dari jurusan Hortikultura mendatangi saya untuk berdiskusi mengenai PMII, kemudian dari obrolan ringan, perkenalan, dan saling berbagi mengenai organisasi hingga masuk kedalam bahasan PMII, yang kebetulan kakak kandung sahabat Nia adalah pengurus PMII di cabang Metro. Hal tersebut menjadi lebih mudah untuk menggali dan memperkenalkan PMII kepada dia.

Seiring berjalannya waktu sahabat Nia menjadi anggota PMII. Akhirnya kami berdua yang menjalankan PMII dengan segala keterbatasan baik kurang pahamnya siapa senior PMII di Unila, medan organisasi eksternal, masih sedikitnya pengalaman kami mengenai PMII tetapi dengan satu niat cita-cita besar bahwa PMII Unila harus hidup dan dapat mewarnai gerakan dikampus.

Akhirnya membuahkan hasil, ada mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) menghubungi untuk mengenal mengenai PMII, kemudian ada dari FISIP yang menghubungi untuk bergabung. Mereka adalah sahabat Novita Nurdiana (FKIP) dan Bambang Susilo (FISIP). Kami mulai saling berbagi pengalaman, berdiskusi mengenai dinamika kampus, paham yang ada di Unila.

Ketika itu ada MAPABA dari Komisariat IAIN Raden Intan, maka saya membawa sahabat Novita dan sahabat Bambang untuk mengikuti MAPABA IAIN selama 3 hari 2 malam. Menjadi terharu ketika sahabat Bambang membawa adik kandungnya (Ari Krisnanto) untuk mengikuti MAPABA. Akhirnya kami berempat menjadi penggerak PMII di Unila.

Merasa satu paham dalam Ahlussunnah wal jama’ah maka kami sering membahas mengenai paham-pahamyang ada di kampus, yang mana sahabat Bambang ini dahulunya adalah aktivis LDK di FISIP dan KAMMI. Karena sering berdiskusi mengenai ke-Islaman, ternyata ia ingin menemukan islam yang dahulunya ia jalankan seperti dalam muamalah sehari-hari.

Dalam pengakuannya bahwa selama mengikuti LDK ia jarang menemukan paham yang sama dan seolah-olah paham yang ia anut kurang cocok. Karena paham mulai sama, maka kita mulai melakukan gerakan-gerakan untuk menghidupkan PMII dengan menggunakan jaringan pertemanan dari LDK, senior yang saudaranya atau adiknya kuliah di Unila. Dengan diskusi panjang lebar akhirnya kader mulai bertambah satu persatu mulai dari Sahabat Desi, Sofi, Yudi, Ade Indra, Fajar mereka dari FKIP. Kemudian bergabunglah sahabat Judhistama (FE),

selain itu Anggun Jenisuman, Agus, Dedi dari (FT). Dari FISIP juga ada kader yang ingin bergabung yaitu sahabat Riva. Ketika itu kami belum memiliki sekretariat tetap, dengan menggunakan kedekatan sahabat Bambang dengan LDK, maka kita sering mengadakan pertemuan-pertemuan di balairoom komplek dosen, di gedung takwondo Unila, dan tempat-tempat strategis yang nyaman untuk digunakan diskusi. Itupun dengan segala kecurigaan dari teman-teman gerakan lain kenapa ada perkumpulan yang sering menggunakan tempat-tempat itu. Namund dengan percaya diri kami terus melakukan gerakan, evaluasi, dan akhirnya kader mulai bertambah. Saya kemudian dipercaya untuk menjadi ketua komisariat Unila periode 2007-2008.

Melihat perkembangan gerakan yang kami lakukan akhirnya kami memutuskan untuk menyewa skretariat kecil di Perumahan Griya Gedong Meneng Indah dengan ukuran 1 kamar tidur, kamar depan, dan 1 kamar mandi, halaman belakang tidak ada pagar dan masih ada sumurnya, itupun tidak ada sanyo. Kami jika ingin mengambil air harus menggunakan tarikan manual. Selain itu disekretariat baru kami belum membuat label skretariat PMII Unila, kami masih belum berani karena kami belum memiliki akar pondasi yang kuat.

Akhirnya geliat selama satu tahun kepemimpinan saya mengalami peningkatan jumlah kader dan simpatisan PMII. Karena dalam hal tertentu PMII memiliki pemikiran yang berbeda dengan organisasi lain maka ketika itu PMII seolah menjadi organisasi yang memiliki corak berbeda dengan yang biasanya. Maka ketika mahasiswa baru memasuki kampus, kesempatan bagi kami untuk melakukan pengenalan baik formal maupun nonformal untuk kami ajak bergabung dengan PMII. Akhirnya di beberapa fakultas sudah terdapat kader PMII seperti Pertanian, Tehnik, Keguruan, Ilmu Politik, dan Ekonomi.

Namun harus diakui untuk menjaga kestabilan kader yang semakin banyak dengan sumberdaya manusia yang terbatas maka perlu manajemen konvensional yaitu pendekatan dengan kedekatan emosional. Sehingga PMII akan tetap hidup dalam jiwa para kader yang masih sedikit di Fakultas-fakultas. Dan pada suatu saat kader yang dalam jumlah banyak masuk ke PMII. Akhirnya sekretariat pindah ke Kampung baru. Aktivitas rutin di secretariat yaitu kegiatan Yasinan pada malam Jum’at, diskusi rutin, pelatihan bahasa inggris gratis, diskusi, dll.

Di secretariat baru ketika syukuran skretariat dalam kesempatan tersebut hadir para alumni PMII seperti bang Musa Zainudin, Ari Munawar, Adji, Teguh, Muhidin, Beni dan masih banyak alumni yang datang ketika syukuran di sekretariat. Setelah itu Alhamdulillah berkah, banyak mahasiswa Unila yang bergabung dengan PMII, terkadang ada yang ingin bergabung dengan PMII tetapi sudah akan lulus, bagi kami itu tidak menjadi masalah hanya kami perlu ada penguatan-penguatan mengenai PMII. Ketika mereka sudah memiliki jiwa, pemikiran yang sudah masuk dalam ideologi dan nilai-nilai dasar PMII maka sudah menjadi PMII.

Sampai saat ini PMII Unila masih hidup, tentu yang harus menjadi pemikiran dan gerak para kader yaitu :

1. Bahwa mahasiswa adalah cikal bakal pemimpin masa depan, maka perlu diberikan wawasan dan tempat untuk membuka cakrawala dan kawah candradimuka mengenai segala aspek.
2. Mahasiswa sebagai civitas akademika harus menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah dengan terus mengasah kemampuan berfikir, bertindak dalam segala hal. Sehingga karakter mahasiswa dapat terbentuk.
3. Gerak langkah para kader PMII adalah contoh bagi mahasiswa lain maka kader PMII harus terus meningkatkan kualitas kemampuan diri sendiri dan memiliki pemikiran yang lebih maju untuk masa depan bangsa Indonesia khususnya PMII.
4. Tiada hari tanpa pengkaderan, maka terus berjuang untuk mendapatkan generasi penerus PMII yang memiliki kapabilitas.

Strategi membangun PMII di kampus umum yaitu dengan cara :

1. Bangun komunikasi yang baik antar fakultas/rayon baik formal maupun informal
2. Sesuaikan gerakan PMII dengan jurusan/fakultas dimana kader menimba ilmu
3. Usahakan IKAPMII terus mengawal kampus umum dalam dukungan segala hal
4. Ciptakan karya-karya bagi kader yang berpotensi yang dapat menjadi contoh bagi mahasiswa lainnya sehingga PMII akan secara otomatis menjadi organisasi yang dapat diperhitungkan.
5. Dalam MAPABA usahakan setiap 2 minggu sekali baik secara formal maupun informal dengan sistem pembelajaran diskusi iteraktif antar peserta yang kemudian terus ditindak lanjuti hingga PKL.
6. Buku kemajuan belajar dengan silabus yang telah ditentukan oleh PMII harus dimiliki oleh kader sehingga setiap kader memiliki catatan kemajuan dan bukti hasil belajar mereka di PMII.
7. Sumber-sumber pendanaan saat ini dapat dilakukan dengan bebas, tetapi halal. Maka dengan sponsor dan mandiri harus terus ditingkatkan kemampuannya.
8. Sumber informasi seharusnya PMII memiliki update dalam tehnologi informasi baik dengan jejaring social, website, blog, dll sehingga dapat dijangkau oleh semua lapiran.
9. Jangan sekali-kali menjadi kader pemalas, berpangku tangan, dan menunggu perintah. Ciptakan karakter yang kuat untuk bekerja keras dan mandiri dalam upaya membangun bangsa Indonesia dari generasi ke generasi. Mustahil bias tercapai jika lingkungan tidak diciptakan lebih awal untuk generasi berikutnya.
Inilah yang disebut dengan sustainablelity of movement.

Ditulis oleh Faridh Almuhayat Uhib Hamdani, S.Hut
Ketua Komisariat PMII Unila 2007-2008
Tulisan untuk dijadikan buku dengan inisiator PB PMII

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda