Polemik Mudik Di Tengah Pandemi - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

30 Apr 2020

Polemik Mudik Di Tengah Pandemi

(Rabu, 30 April 2020. Pukul 07.40)
Memang benar mengunjungi keluarga adalah suatu keingin yang tidak bisa di cegah, terutama pagi para pemudik. Mudik merupakan fenomena tahunan menjelang Hari Raya besar di Indonesia, terutama saat Hari Raya Idul Fitri. Namun mudik tahun ini menimbulkan polemik. Pasalnya, seluruh dunia kini tengah dilanda wabah Covid-19 yang persebarannya terjadi lebih cepat melalui mobilitas manusia. Disisi lain, masyarakat menilai mudik adalah momentum berharga, terutama bagi para pekerja, dan atau perantau yang sulit mendapatkan hari libur untuk berkumpul dengan sanak keluarga. 

Mudik di hari raya Lebaran, adalah peristiwa Sosio Kultural yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Banyaknya perantau yang kemungkinan besar mengikuti tradisi mudik ini dikhawatirkan akan menjadi transmisi lokal Covid-19 bagi masyarakat desa. Hal demikian tak terlepas dari nilai-nilai kekeluargaan, dan kekerabatan yang masih erat dan sangat dijunjung tinggi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, tetapi dengan menulari keluarga justru akan menimbulkan masalah baru. Setiap daya imunitas tubuh manusia jelas berbeda, bisa jadi kita yang terlihat sehat ternyata membawa virus Covid-19 tersebut. 

Daerah yang sebelumnya tidak terjangkit vuirus covid19 ini bisa ikut terjangkit akibat adanya kegiatan mudik tersebut. Tidak hanya keluaraga saja, orang-orang diperjalanan pun dapat tertular bahkan lebih parah lagi, satu kampung pun dapat tertular. Belum lagi jika pemudik tersebut dari daerah yang berada pada zona merah, seperti Depok, dan DKI Jakarta. Tentu saja, tingkat resiko penularannya sangat besar terjadi.
 
Diharapkan Setiap desa juga dihimbau untuk menyiapkan relawan pos jaga, guna mencegah penyebaran wabah Covid-19 dan memantau mobilitas masyarakat. Adanya pembatasan arus mobilitas termasuk fenomena mudik, ini bertujuan untuk memutus rantai persebaran Covid-19, dan melindungi masyarakat baik yang berstatus sebagai perantau, maupun masyarakat tetap yang berdomisili di desa tersebut.

Selain itu, sahabat Julianto selaku ketua rayon PMII FKIP Unila juga mengatakan, bahwa “Tidak haya pemerintah saja yang harus berperan dalam penaggulangan covid-19 ini, tetapi perananan kita selaku kader PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) yang militan, kritis dan memiliki wawasan yang tinggi, juga diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam memberikan edukasi terhadap masyarakat, agar dapat menjaga kebersihan dan menjaga daya tahan tubuh dengan rajin berolahraga, serta tetap mengedepankan protokol kesehatan, guna meminimalisir akan terpaparnya Covid-19”.



Penulis:
Sahabati Evi Ardila
Sekretaris Bidang Keagamaan
PR. PMII Keguruan dan Ilmu Pendidikan 

Di Kelola Oleh:
(Biro III Eksternal / Media)
PK PMII Universitas Lampung XXXVIII

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda