Menatap Masa Depan Maritim Indonesia
• Mutakin (Ketua Bidang Maritim dan Daerah Perbatasan PB PMII)
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas wilayah 5,8 juta km persegi dan panjang garis pantai 81.000 km persegi, sudah sepatutnya Indonesia memiliki starategi maritim yang baik.
Hukum internasional United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982) Indonesia diakui sebagai negara kepulauan, demikian juga halnya Deklarasi Djuanda 1957 bukti semangat Indonesia menjadi negara maritim dengan visi yang jelas. Namun semangat itu sejak dahulu tidak berjalan dengan maksimal, sampai sekarang tidak didukung dengan kebijakan maritim (maritime policy). Pemerintah belum serius dalam menyikapi perkembangan isu laut serta masih rendah dalam hal kebijakan pro laut.
Hambatan maritim Indonesia
Prof Jamaluddin Jompa mengatakan ada beberapa hambatan yang tengah dihadapi maritim Indonesia, antara lain adalah kualitas SDM kemaritiman yang rendah, penguasaan dan pemanfaatan teknologi sangat rendah, masih berorientasi pada ekspor bahan mentah, masih rendahnya peran swasta dan perbankan serta minimnya pengusaha kemaritiman, lemahnya infrastruktur dasar, pengembangan IPTEK yang tertinggal, dan masih lemahnya keberpihakan pemerintah. Demikian juga pakar keamanan Negara maritim, laksa TNI Purnawirawan, Robert Mangindaan mengatakan bahwa masalah keamanan maritim yang akan dihadapi ke depan, masih akan berkisar pada sea robbery and piracy, ilegal fishing, transnational threat, illicit trafficking in weapon of mass destruction and related materials, pelanggaran wilayah, lalu lintas di laut yang terkait dengan gerakan separatis dan sangat mungkin ancaman maritime terrorism.
Hambatan tersebut dapat kita kelompokkan menjadi tiga yaitu pertama, lemahnya sumberdaya manusia (SDM). Rendahnya pengetahuan nelayan terhadap kelautan, perikanan dan sumerdaya yang dimiliki laut serta pengetahuan teknologi yang masih sangat minim. Kedua, lemahnya infrastruktur kemaritiman, baik demi keberlangsungan keamanan melaut maupun pertahanan laut. Ketiga, lemahnya regulasi tentang kelautan, bahkan belum ada UU yang mengatur kemaritiman. Permasalahan kemaritiman ini tidak bisa dipandang sebelah mata, dan harus ada formulasi yang tepat, demi maritim Indonesia ke depan.
Harapan Maritim Indonesia
Sejarah mencatat bahwa pada zaman kerajaan sriwijaya dan majapahit, Indonesia terbukti memiliki pengaruh besar di wilayah Asia Tenggara dan disegani dunia karena mampu menguasai maritim. Namun kolonialisme telah merubah cara hidup dan cara pandang bangsa Indonesia dari lautan ke daratan untuk memenuhi ambisi memperoleh rempah-rempah untuk kepentingan negara kolonial tersebut. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya dari semua lapisan masyarakat untuk segera merubah paradigma bangsa ini untuk kembali ke cara pandang yang kental dengan strategi maritim serta sudah seharusnya pemerintah membangun Negari ini dengan kebijakan yang berorientasi maritim.
Kekayaan laut Indonesia jangan sampai tersia-siakan secara terus menerus. Laut indonesia yang ditaksir menyimpan potensi kekayaan yang dapat dieksploitasi sebanyak 156 miliar dolar AS pertahun atau sekitar Rp 1.456 triliun tersebut harus dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber perekonomian Indonesia. Selain itu, tidak kalah penting juga, pemerintah harus memikirkan dari aspek politik, keamanam dan pertahanan kawasan maritim Indonesia.
Cita-cita dan semangat negara maritim tersebut akan terwujud jika presiden memiliki visi maritim dan memikirkan kepentingan bangsa jauh ke depan, demikian halnya Deklarasi Djuanda yang melihat Indonesia 50 tahun kedepan. Selama ini, pemerintah hanya memikirkan dan membuat kebijakan untuk progam 5 tahun demi kepentingan pemilu.
Presiden dan wakil presiden terpilih untuk masa kerja 5 tahun mendatang, Bapak Ir. H. Joko widodo dan Drs. H.M. Jusuf Kalla atau biasa disebut Jokowi-JK dalam visi misi saat kampanye mereka memiliki konsep kemaritiman. Oleh karena itu, rakyat indonesia menggantungkan harapan tinggi, konsisten dalam memanfaatkan dan menjaga laut untuk kesejahteraan rakyat.
Yuhuuuuu.. Mnatap, semangat bat
ReplyDelete