Refleksi Hardiknas: Mengurai Problem Profesionalisme Guru - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

7 May 2015

Refleksi Hardiknas: Mengurai Problem Profesionalisme Guru

Oleh: Rukmana A Malik
Tanggal 2 mei 2015 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Momen ini sejatinya jangan hanya dijadikan sebagai ajang seremonial belaka, tetapi seluruh stakeholder dan pemerhati pendidikan turut melakukan sebuah upaya refleksi, tentang apakah sudah ideal pendidikan di Indonesia?
Banyak pengamat mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih jauh kata ideal. Banyak sekali kelemahan dari sistem pendidikan kita, seperti minimnya perhatian pemerintah tercermin dari semakin kompleksnya problem pendidikan, kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang professional, dan masih kacaunya UU pendidikan kita.
Dalam tulisan ini tidak semua problem pendidikan akan penulis kupas, tetapi penulis akan lebih fokus menyoroti masalah peran pengajar yang kurang professional sebagai salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia.

Profesionalisme Guru
Pengajar atau yang biasa disebut guru memiliki peran besar dalam membentuk siswa yang cerdas dan berkualitas. Karena guru adalah tenaga penggerak pendidikan yang bersinggungan secara langsung dengan siswa. Untuk itu guru dituntut kreatif dan mengakomodir setiap siswa agar mampu memdapatkan ilmu pengetahuan secara optimal. Inilah pentingnya peran guru sebagai bagian dari profesionalitasnya.
Banyak guru mengartikan kata “mengajar” hanya sebagai proses penyampaian atau transfer ofknowledge dari guru kepada siswa. Konsep pendidikan seperti ini meminjam istilah Freire sebagai konsep pendidikan “gaya bank”. Konsep ini jelas mereduksi peran guru sesungguhnya dan akan menafikan siswa sebagai subjek yang belajar.
Mengajar harus dimaknai sebagai sebuah kegiatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara integratif sejumlah keterampilan dalam menyampaikan ilmu. Pengintegrasian ini harus dilandasi dengan seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan atau pengetahuan.
Seorang tokoh pendidikan Paulo Freire mengatakan bahwa konsep pendidikan “gaya bank” sudah tidak relevan diterapkan karena menafikan peran siswa, sebagai subjek belajar dan harus diganti dengan konsep pendidikan “hadap masalah” yang menurutnya lebih kontekstual karena lebih mengutamakan proses dialog antara guru dengan siswa. Proses dialog ini menjadi sarana dimana siswa dapat memperoleh makna sesungguhnya sebagai manusia.
Apa yang disampaikan Freire menurut penulis sangat tepat mengingat masih banyaknya guru yang masih berparadigma transfer of knowledge saja. Padahal lebih dari itu, guru harus mampu menciptakan dan mendesain proses belajar pada siswa. Jadi yang terpenting dalam belajar mengajar bukanlah materi yang disampaikan oleh guru tetapi proses siswa dalam mempelajari materi tersebut.
Jadi, guru professional adalah mereka yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik melalui keterampilan-keterampilan khusus, agar tercipta sebuah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Atau dalam bahasanya Freire disebut sebagai proses pembelajaran dialogis.

Peran Universitas dalam Mencetak Guru Profesional
Guru sebagai motor penggerak pendidikan tentu tidak tiba-tiba ada. Tetapi mereka harus ditempa dan mengikuti serangkaian pembelajaran di dalam kampus atau universitas. Dari situlah guru terlahir, apabila mereka tercipta dengan sosok yang tidak professional dan asal-asalan maka kita patut mempertanyakan kualitas dari universitas tersebut.
Berbicara mengenai kampus atau universitas, tentu tidak hanya peran lembaga saja yang dibutuhkan dalam mencetak mahasiswa atau calon guru yang professional. Tetapi peran organisasi kampus juga turut menentukan output dari mahasiswa atau calon guru tersebut, baik itu organisasi intra maupun ekstra kampus. Karena mereka memiliki peran untuk mewadahi para mahasiswa dalam mengembangkan keilmuannya.
Ketika kampus mampu mencetak mahasiswa atau calon guru yang kompeten dalam bidang keilmuannya, maka hal ini juga akan berpengaruh terhadap kualitas siswa sebagai subjek didik para guru. Karena antara universitas, guru dan siswa memiliki hubungan yang saling berpengaruh dan berinteraksi seperti putaran roda.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi salah satu sumbangsih pemikiran untuk sedikit merefleksi problem pendidikan di Indonesia. Selamat Hari Pendidikan Nasional dan jayalah Indonesia.(Poy)
Penulis adalah Kader PMII dari Universitas Indraprasta (Unindra)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda