Tidak kurang dari 15 hari kita akan menghadapi bulan Romadhon, bulan suci umat Islam, bulan yang sangat dirindukan. Karena konon pada bulan Romadhon seluruh amal kebaikan akan senantiasa dilipatgandakan dan seuruh dosa akan mudah dihapuskan.
Meskipun begitu, banyak fenomena yang sering terjadi di Indonesia dalam mewarnai bulan Romadhon, misalnya saja leduknya bunyi petasan, kerasanya tabuhan beduk, lantunan ayat suci Al-Qur’an sampai pada euforia tontonan bernuansa agama. Seolah semuanya melekat menjadi budaya yang tidak bisa dipisah dari bulan Romadhon.
Tidaklah salah dengan semua kebiasaan yang dilakukan, namun sangat menggelitik hati ketika totonan agama yang digemparakan oleh semua media terutama media televisi hanya ketika bulan suci?, apakah ada segmen pasar yang menarik sebuah tononan menjadi keuntungan, apa karena ada faktor taubat pemilik dan kru media dari dosa-dosa yang diperbuat selama setuhun silam, sehingga bulan Romdahon dijadikan momentum tepat penghapus dosa.
Sungguh banyak fenomena terjadi karena ulah media melalui tontonan, semakin bebas hal yang diberaikan mengakibatkan keuatungan pasar adalah segalanya. Menurut Ade Amando (2011) media yang sehat bukanlah media yang memperoeh keuntungan besar melainkan media yang dapat menyajikan informasi yang bernilai penting bagi publik.
Akan tetapi faktanya media pertelevisian sekarang belum sepenuhnya memberikan tontonan yang baik bagi publik kenyataan ini terbukti dari beberapa siaran langsung sejak prosesi pernikahan artis Anang-Ashanti tayangan jodohku di RCTI pada 20 Mei 2012 pukul 18:45-21:48 WIB, sampai pernikahan Nagita Salfina dan Rafi Ahmad 16-17 Oktober sejak pukul 08:00-22:00 WIB. Dan kenyataan itu terus terjadi di Indonesia setiap tahun nya.
Peningkatan dan dampak yang dirasakan masyarakat saat ini semakin terasa dengan keberadaan tononan yang tidak mendidik. Baru-baru ini terbuki dampaknya setelah adanya kasus pembunuhan siswa SD yang diandasi karena adegan dalam Sinetron “Manusia Harimau” karena ada adegakan keras sehingga menimbulkan Hypnotic Movie-tontonan yang mampu mempengaruhi pola tindak penontonnya.
Maka dari itu, kenyataan dan kejadian ini harus segera diahiri, selalu berkaca dari tononan yang diberikan saat bulan Romdhon yangrelegius. Serta berbagai akibat sampingan lainya yang akan timbul karena media televise yang seharusnya mampu memberikan signal posif yang referenif pada masyarakat sehingga kia semua menjadikan buan suci Romdahon sebagai peajaran akan budi-budi keimanan, termasuk pemangku media.
Ditulis oleh Imam Mahmud
Peserta SMK (Sekolah Menulis Kader) PMII Komisariat Universitas Lampung
Meskipun begitu, banyak fenomena yang sering terjadi di Indonesia dalam mewarnai bulan Romadhon, misalnya saja leduknya bunyi petasan, kerasanya tabuhan beduk, lantunan ayat suci Al-Qur’an sampai pada euforia tontonan bernuansa agama. Seolah semuanya melekat menjadi budaya yang tidak bisa dipisah dari bulan Romadhon.
Tidaklah salah dengan semua kebiasaan yang dilakukan, namun sangat menggelitik hati ketika totonan agama yang digemparakan oleh semua media terutama media televisi hanya ketika bulan suci?, apakah ada segmen pasar yang menarik sebuah tononan menjadi keuntungan, apa karena ada faktor taubat pemilik dan kru media dari dosa-dosa yang diperbuat selama setuhun silam, sehingga bulan Romdahon dijadikan momentum tepat penghapus dosa.
Sungguh banyak fenomena terjadi karena ulah media melalui tontonan, semakin bebas hal yang diberaikan mengakibatkan keuatungan pasar adalah segalanya. Menurut Ade Amando (2011) media yang sehat bukanlah media yang memperoeh keuntungan besar melainkan media yang dapat menyajikan informasi yang bernilai penting bagi publik.
Akan tetapi faktanya media pertelevisian sekarang belum sepenuhnya memberikan tontonan yang baik bagi publik kenyataan ini terbukti dari beberapa siaran langsung sejak prosesi pernikahan artis Anang-Ashanti tayangan jodohku di RCTI pada 20 Mei 2012 pukul 18:45-21:48 WIB, sampai pernikahan Nagita Salfina dan Rafi Ahmad 16-17 Oktober sejak pukul 08:00-22:00 WIB. Dan kenyataan itu terus terjadi di Indonesia setiap tahun nya.
Peningkatan dan dampak yang dirasakan masyarakat saat ini semakin terasa dengan keberadaan tononan yang tidak mendidik. Baru-baru ini terbuki dampaknya setelah adanya kasus pembunuhan siswa SD yang diandasi karena adegan dalam Sinetron “Manusia Harimau” karena ada adegakan keras sehingga menimbulkan Hypnotic Movie-tontonan yang mampu mempengaruhi pola tindak penontonnya.
Maka dari itu, kenyataan dan kejadian ini harus segera diahiri, selalu berkaca dari tononan yang diberikan saat bulan Romdhon yangrelegius. Serta berbagai akibat sampingan lainya yang akan timbul karena media televise yang seharusnya mampu memberikan signal posif yang referenif pada masyarakat sehingga kia semua menjadikan buan suci Romdahon sebagai peajaran akan budi-budi keimanan, termasuk pemangku media.
Ditulis oleh Imam Mahmud
Peserta SMK (Sekolah Menulis Kader) PMII Komisariat Universitas Lampung