BAHAYA BIBIT - BIBIT RADIKALISME - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

2 Apr 2017

BAHAYA BIBIT - BIBIT RADIKALISME

Saat ini, propaganda yang dilakukan kelompok radikal telah menyebar secara meluas, baik itu media nyata atau media online. Segemen dan target mereka tidak jauh - jauh dari para anak muda yang remaja, pelajar dan mahasiswa.  Apalagi para mahasiswa baru yang sejatinya masih mencari jati diri dikampus dan ada juga yang sedang proses berhijrah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Situasi ini menjadi peluang yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok radikal, ditambah lagi Mereka para mahasiswa baru ini cenderung belum memiliki pemahaman mendalam terkait isu agama dan negara, meski kerap kali semangat mereka melangit ketika membahas keduanya.

Kemudian kondisi ekonomi menjadi alasan mengapa mereka terekrut pada kelompok radikal. Kelompok kelompok yang masih bawah garis Kemiskinan kerap kali dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk mempengaruhi dan kemudian merekrut masyarakat untuk bergabung menjadi simpatisan kelompok radikal hanya karena bermodalkan janji-janji manis akan kehidupan yang lebih sejahtera.

Sementara disisi doktrin keagamaan, masyarakat kita kebanyakan masih beragama hanya karena keturunan. Menganut sebuah agama dan mengikuti ajaran –ajarannya lebih karena pengaruh kebiasaan yang dijaga secara turun temurun.  Meski tidak sedikit pula yang kemudian mendapat hidayah dan petunjuk dari allah swt untuk  dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama secara keseluruhan. 

Lucunya adalah ketika kita lihat dimedia atau secara langsung, mereka mengajak anak – anak mereka yang masih kecil yang berkisar kelas 3 SD untuk ikut berdemo. Padahal tentulah mereka belum begitu memahami kondisi yang sebenarnya terjadi, mereka hanyalah korban ikut ikutan yang kemudian dampaknya adalah memunculkan sikap kebencian atau ketidak percayaan yang kemudian menganggap kelompok merekalah yang paling benar.

Ajaran agama berfungsi sebagai objek kajian yang harus terus diaktualisasi, diinterpretasi dan dikaji secara akademik agar selalu aktal dan sesuai dengan perkembangan zaman serta sesuai dengan tuntunan generasi. Tetapi, kini ajaran agama dimanipulasi daengan membuat tafsiran yang dimonopolli oleh komunitas radikal. Misalnya saja karena kekecewaan dalam bidang politik, mereka yang kecewa dalam politik ini dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk membangun citra organisasi yang seoalah olah menampung kekecewaan masyarakat yang kemudian digunakan untuk melawan pemerintah.

Tentunya ini adalah menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia, termasuk NU sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia yang harus menjaga negara kesatuan republik Indonesia dari kelompok – kelompok radikal. Sudah saatnya NU dengan jumlah masa yang besar bergerak memasuki berbagai bidang terutama pendidikan. Selain itu perlunya menggencarkan peranan media sesuai dengan perkembangan zaman saat ini, baik media online maupun media cetak yang berfungsi untuk membendung informasi – informasi hoax dan fitnah yang digencarkan oleh kelompok – kelompok radikal.(Hendy)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda