HARLAH KE-60 TAHUN, PMII DI PUSARAN MAHASISWA - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

19 Apr 2020

HARLAH KE-60 TAHUN, PMII DI PUSARAN MAHASISWA

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kemahasiswaan yang berhaluan ahlussunnah wal jama’ah an-nahdliyah telah banyak menyumbang sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, moral, maupun intelektual dalam pembangunan Indonesia. banyak tokoh-tokoh hebat yang dilahirkan oleh organisasi ini yang  juga sering dibangga-banggakan oleh para kadernya.

Tergabung di PMII merupakan arahan khusus dari kakak saya agar saya tak terbawa arus islam konservatif kekanan-kananan dengan pesan intoleransi dan radikalisasi yang mewabah dikampus-kampus, terutama kampus umum yang gerakannya bisa dibilang sangat masif. Berbagai macam organisasi baik intra kampus maupun ekstra kampus dengan ideologi yang berbeda-beda tentu akan meracuni otak mahasiswa-mahasiswa yang tak kuat iman, minim pengalaman, dan kurang akan pengetahuan.

Benar saja, saya adalah salah satu jenis mahasiswa yang telah di jabarkan diatas dan untung saja kakak ku lebih dulu mengenalkan ku pada PMII, organisasi kemahasiswaan yang jelas memiliki komitmen keislaman dan kebangsaan yang kokoh. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan akar historis dari terbentuknya pmii yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama. Selain itu kata Indonesia yang melekat pada PMII menjadi bukti konkrit komitmen PMII terhadap keindonesiaan. Sebagaimana tujuan dari PMII yang tercantum pada Anggaran Dasar PMII BAB IV pasal 4 “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”.

Panggilan sahabat adalah gelar yang diberikan setelah melewati jenjang pengkaderan pertama yang dinamakan MAPABA. Jargon “Sekali Mapaba Sejuta Sahabat” atau Sekali Mapaba Sahabat Selamanya” kerap tak asing di telinga-telinga anak-anak PMII. Benar saja, seluruh mahasiwa Indonesia yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah sahabat dan bayangkan betapa banyak jumlahnya, seribu, sejuta atau jutaan lebih mahasiswa di seluruh Indonesia. Bukan hanya itu panggilan sahabat berlaku tanpa masa pensiun dan tanggal kadaluarsanya , Seumur hidup sampai ajal menjemput tetaplah menjadi sahabat.

Motto PMII adalah Dzikir, Pikir, Amal Shalih. Hati yang selalu berzikir mengingat Allah selalu terjaga setiap saat sehingga hidup penuh manfaat dengan pikiran yang jernih, ruang batin yang terisi oleh cahaya ilahi akan terefleksi dalam amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari. Berdzikir, berpikir, dan beramal shalih adalah kesatuan yang tak terpisahkan sehingga terciptanya kader ulil albab. Seperti yang tertera dalam Q.S. Ali Imron ayat 190 yang memberi gelar kepada manusia yang selalu menjaga zikir, pikir dan amal shalihnya itu dengan sebutan ulil albab.

Kader PMII dituntut untuk menyeimbangkan perannya sebagai mahasiswa dan aktivis organisasi. Sebesar 20% Kemampuan mahasiswa didapatkan dari bangku kuliah berupa hardskill, sedangkan 80% Kemampuan softskill akan terlahir dari tempaan dan aktif berproses dalam organisasi yang kita ikuti sehingga keduanya sama-sama penting yang ditekankan pada kader-kader PMII. Kuliah adalah prioritas, Organisasi adalah totalitas. 

Di PMII budaya membaca dan diskusi menjadi ruh bagi kader-kadernya. Membaca adalah sarana meluaskan pengetahuan dan mempertajam nalar kritis, mempengaruhi pola pikir kita melihat relita sosial. “Dosa seorang aktivis adalah tidak membaca” dan bulshit mereka yang ngaku aktivis, sering teriak-teriak demo, kritik sana-sini tapi jarang membaca. Langkah selanjutnya dari membaca adalah diskusi, kegiatan bertukar pikiran dan persepsi dalam suatu euforia dialektika yang memperbincangkan permasalahan dan mengupayakan penyelesaian dari suatu permasalahan. Tentu budaya-budaya intelektualitas seperti ini harus selalu ditekankan kepada kader-kadernya.

Terdapat banyak jenis karakter manusia di PMII, Dari mulai kader yang tampangnya bedugalan hingga sering dicap preman sampai dengan kader yang kemana-mana rapi dengan memakai kopiyah dan sarungan; dari yang berintelektual kritis sampai kader yang krisis intelektual; dari yang datang hanya saat makan-makan sampai dengan kader yang datang untuk belajar arti kesederhanaan dan kesusahan; dari yang aktif berproses hingga yang berpikir praktis. Tetapi itulah kelebihan PMII yakni dapat merangkul dan mendorong setiap kader dengan berbagai latar belakang yang berbeda untuk berproses secara benar sehingga budaya aswaja An Nahdliyah dan PMII menjadi ruh disetiap kehidupan para kadernya. Ber-PMII lah dengan caramu sendiri. Setiap orang memiliki fashion sendiri-sendiri dan tugas pmii terutama pengurus adalah mewadahi dan mendorong setiap potensi dan fashion para kader agar dapat berkembang dan kelak bermanfaat untuk kemaslahatan umat.



Penulis:
Kader Biru

Di Kelola Oleh:
(Biro III Eksternal / Media)
PK PMII Universitas Lampung XXXVIII

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda