Puasa dan Pengabdian Total - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

9 Jul 2015

Puasa dan Pengabdian Total

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpusa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa” (Al-Baqarah:183)

PUASA Ramadan merupakan salah satu syariat terpenting yang disodorkan oleh Islam kepada penganutnya.Puasa merupakan salah satu fondasi dasar ajaran Illahiyah sebagiamana disebutkan dalam salah satu hadist “Islam didirikan atas lima sendi yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah  dan Muhammad sesungguhnya utusan-Nya (ucapan dua kalimat syahadat), mendirikan sholat, berpuasa di bulan ramadhan, membayar zakat dan pergi haji ke baitullah bila mampu”.Inilah yang kemudian kita sebut sebagai rukun Islam di samping juga ada rukun iman.

Sebagai konsep dasar ajaran Islam, puasa merupakan ibadah sirri (rahasia) antara hambanya dengan Tuhan-Nya yang sangat berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Mengapa puasa dianggap ibadah rahasia?karena yang berhak tahu kita berpuasa betulan dengan tidak hanya menahan lapar dan haus adalah Allah SWT bukan manusia. Yang berhak memberi ganjaran kita akan kualitas ibadah puasa kita adalah juga hanya Allah SWT bukan manusia. Maka sudah menjadi keharusan jika puasa itu adalah bentuk pengabdian yang total antara manusia kepada Tuhan-Nya bukan kebutuhan antar manusia dengan manusia yang lainnya. Sebagaimana juga dengan  arti kata Islam yang berasal dari kata salm (damai), aslama (penyerahan) dan istaslama-mustalimun yang penyerahan total seorang hamba kepada penciptanya. Sehingga dengan kita telah ber-“Islam”, maka kita harus menyerahkan total hidup dan mati kita hanya pada Tuhan pencipta alam semesta.

Dalam suatu hadist yang lain bahkan disebutkan bahwa banyak manusia yang menjalankan puasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus. Hadist ini menunjukkan bahwa ibadah puasa adalah suatu aktifitas yang sifatnya sangat pribadi. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadist qudsi “setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasanya”.

Beberapa waktu lalu kita sempat dikagetkan dengan statemen Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin yang menganjurkan orang yang berpuasa pada bulan ramadhan untuk menghormati mereka yang tidak berpuasa. Jadi dalam hal ini menteri agama menggunakan logika terbalik. Logika yang pada pandangan umumnya disalahkan karena kita terbiasa untuk meminta dihormati sebab kita telah menahan lapar dan haus di bulan ramadhan tanpa terlebih dahulu kita menghormati orang lain yang sejatinya juga mempunyai kepentingan lain seperti mencari nafkah bagi pengusaha warung, umat agama lain yang tidak mempunyai kewajiban berpuasa, dan orang yang sakit atau manula yang memang diberi keringanan untuk tidak berpuasa. Pernyataan Menteri Agama ini mempunyai tujuan, yang salah satunya adalah dengan tidak ada lagi sweeping warung makan oleh ormas yang mengatas namakan Islam.

Namun tetap saja pro dan kontra …


Ditulis oleh sahabat Iwan Satriawan
Intelektual Muda NU Lampung
Dikutip dari http://cawageh.com/2015/07/puasa-dan-pengabdian-total/, pada Kamis, 09 Juli 2015 pukul 23.03 WIB

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda