KH Khairuddin Tahmid: Kesalehan dalam Berpuasa ada Tingkatannya - PMII UNILA : Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh

20 Jun 2016

KH Khairuddin Tahmid: Kesalehan dalam Berpuasa ada Tingkatannya

Hakekat berpuasa adalah tidak tergoda dengan bermacam-macam tantangan rohani. Sesungguhnya perang badar ataupun perang fisik lainnya itu persoalan kecil. Perang yang berat adalah melawan hawa nafsu. Demikian disampaikan ketua MUI Lampung, KH Khairuddin Tahmid, dalam tausyiah usai berbuka bersama PMII Unila, Kamis (18/6) malam.

Dosen IAIN Raden Intan itu menambahkan, puasa yang paling utama adalah puasa atas mata, tangan, dan hati. Tingkat kesalehan dalam berpuasa itu sebenarnya ada kelas-kelasnya, seperti tingkat pendidikan, ada SD, SMU, dan perguruan tinggi. Pahalanya pun berbeda-beda, sesuai dengan tingkatannya. “Karena itu, kita perlu terus melatih agar pahala puasanya kita semakin tinggi dari tahun-ketahun,” katanya.

KH Khairuddin  menyayangkan fenomena belakangan ini yang ada kecendrungan membolak-balikan analogi dalam hal berpuasa. Di bulan ramadhan ini misalnya, analogi tentang toleransi beragama jadi terbalik-balik. “Sekarang berkembang pendapat, bahwa toleransi itu adalah bagaimana orang yang berpuasa bisa menghormati orang yang tidak berpuasa. Padahal seharusnya tidak begitu,” cetusnya.

Sementara itu sekretaris PWNU Lampung, Aryanto Munawar, bercerita, dahulu dia tinggal di suatu daerah yang banyak sekali terjadi kriminalitas, baik penjambretan, perampokan, dan perkelahian. Namun saat bulan puasa tiba, orang-orang yang semula dikenal sebagai pelaku kejahatan, bisa menunjukan kesalehan sosialnya. Mereka bukan saja tidak melakukan tindak kejahatan, tapi juga menghormati orang yang berpuasa.

“Menurut saya, fenomena yang banyak terjadi belakangn ini karena kegagalan kita yang gagal menciptakan generasi yang mampu mempertahankan nilai-nilai luhur. “Ini bukan semata-mata salah negara, tapi juga salah kita yang gagal membina generasi dan masyarakat sendiri,” katanya.

Dalam tausyiah yang berlangsung hangat dan akrab itu, banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh kader PMII maupun alumni.  Salah seorang diantaranya, misalnya, bertanya bagaimana bila seorang yang berpuasa berada di tengah orang-orang yang sedang merokok. Itu artinya, orang yang sedang berpuasa adalah perokok pasif.

Atas pertanyaan itu KH Khairuddin menyatakan, puasanya tetap syah. Namun akan lebih baik bila kita menghindar dari orang-orang yang tengah merokok di saat berpuasa tersebut.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda